“Kisah sedih di hari Minggu yang selalu menyiksaku,...” itu sih lagu yang dipopulerkan
oleh Marshanda, lain cerita dengan aku. Namanya juga nasibnya
Nasibah sama Marshanda jelas saja bedanya. Namun ada hlo yang sama diantara
Nasibah dan Marshanda, mereka berdua punya bibir yang di bagian sampingnya ada
benjolan kecil..*ini apa sihh* (-_-“)yang tadi-tadi itu cuma intermezo ya guys,
sekarang kita masuk ke bagian cerita bukan cerita sinetronnya Marshanda tapi
cerita hidupnya Nasibah yang emang pantas untuk di sinetronkan, *ups* kalo
disinetronkan mungkin nggak bakal laku ya, jadi lebih baik difilmkan
saja..SEPAKAT!
Minggu pagi, Nasibah yang rutinitasnya kura-kura (kuliah rapat-kuliah
rapat) ini menyempatkan waktunya di distrik tercintanya Gemolong. Pukul enam pagi
ia mengantarkan kakaknya ke depan stasiun, pagi itu kakaknya hendak piknik
dengan rekan kerjanya dari MTS N SUMBERLAWANG. Nggak ada masalah sih, dia pun
beranjak meninggalkan kakaknya, sebelum kembali ke rumah, mahasiswi UNY ini mampir
di warnet buat buka facebook, tapi bukan berarti dia tebar jempol, njuk
coment2an, chattingan ya..dia Cuma kepepet buka FB buat ngirim tugas Speaking
ke temen2nya. SENT> Shut down> Bayar>Pulang. Datar banget yah
ceritanya...langsung sorenya aja deh,..
Minggu sore, Nasibah harus kembali ke Jogja ia berencana untuk membonceng
kakak laki-lakinya. Sampai pukul setengah
empat sore mereka tak kunjung berangkat. Nasibah pun masih asyik
menonton siaran ulang “X factor” ini bukan karena dia suka sama salah satu
kontestan apalagi mentor “Xfactor” sih tapi karena kondisi di luar masih hujan
dia jadi malas-malasan berangkat ke jogja. Kemalasan selalu ada si benak Nasibah untuk
kembali ke Jogja, namun mau tidak mau dia harus pulang bareng kakak
laki-lakinya, naik motor ke Solo Balapan kalau dia nggak mau naik bus umum karena besoknya dia kuliah jam 7 pagi.
Gayung pun bersambut, kakak laki-lakinya pun mengajak
untuk segera berangkat namun, ibah begitulah panggilan akrabnya, masih beralasan kalau dia nggak
punya mantol sedangkan di luar masih hujan. Akhirnya
atas desakan dari orang tuanya untuk segera berangkat ke solo, Nasibah berangkat hanya mengenakan mantol plastik bagian atas tanpa
bawahan. Jelas saja pakaian bagian bawahannya basah dan penuh pasir, belum
cukup sampai di situ, Nasibah dan kakaknya pun hharus melewati jalan
SOLO-Purwodadi yang beresiko tinggi bagi pengendara jelas saja..jalan yang
rusak dan bolong-bolong benar-benar
TERPAMPANG NYATA!Ulala..Tapi alhamdulillah yah, mereka berdua bisa sampai di
stasiun Balapan dengan selamat.
Sesampai di stasiun solo balapan, dia melepas mantol dan masuk ke bagian
loket, tak peduli dengan pakaiannya ia membiarkan
celananya yang basah plus kotor itu ke arena antrian tiket. Nasibah sedikit
terkejut ketika masuk, tidak ada antrian
panjang yang seperti biasanya ia temui saat weekend. Ia pun sampai di depan
pintu loket disambut tulisan “TIKET MANJA 16.45 TUJUAN YOGYAKARTA HABIS”.
“Yang ke jogja udah habis ya pak?”tanya nya pada petugas.
“Habis, mbak. Yang ke jogja nanti jam 19.25” jawab petugas loket.
Hancur sudah hati Nasibah ia harus menunggu kereta selanjutnya di luar
stasiun dari pukul 17.00 – 19.25 seorang diri. *I am sorry to hear that*L
Nasibah pun bingung tak tau apalagi yang harus dia lakukan sedangkan bangku-bangku di teras stasiun pun sudah
penuh dengan orang. Ditambah lagi gerimis yang tak kunjung reda. Ia lantas
meminta salah satu temannya yang kuliah di Solo untuk menemuinya di Stasiun. Saat itu Arif, tetangga Nasibah yang berkuliah
di Universitas Muhamadiyah Surakarta menyempatkan untuk menemani Nasibah di
Solo. Mungkin pikirnya, “Kasihan cewek cantik, mungil terlantar”…:D
“mau pergi ke mana nih?” tanya Arif dalam Bahasa Jawa.
“nggak tau, aku kan nggak tau Solo.” Jawabnya tanpa dosa
Tak lama mereka pun beranjak meninggalkan stasiun. Ternyata mereka menuju sebuah Masjid di
pinggir jalan karena waktu sholat maghrib sudah tiba. Biasa sih ya kalo sholat
di masjid, kalau ditanya masalah kesan dan pesannya sih. Masjidnya gede, tapi
bagian wudlu putrid nggak terawat. Sholat sudah, lanjutttt jalan-jalan men!!!
Beranjak nyari warung makan.
Level mahasiswa sih ya, yah setara dengan angkringan yang di
pinggir-pinggir jalan aja. Pinginnya makan di angkringan, dengan suasana tempat
yang hanya bercahayakan lilin. Wiih malah jadi candle light dinner nih….tapi
kita nggak berani sih, takut ada *modus*, pindah ke warung sebelah deh “warung
nasgor”.
Pesen lama, habis makan pun masih ngobrol lama. Maklum deh ya..namanya
temen, tetangga pula, cerita-cerita deh masalah kampus de el el. Sampai-sampai
mereka nggak nyadar kalau waktu udah menunjukkan pukul 19.20. sedangkan kereta
berangkat pukul 19.25!!!! Gila nih, kereta terakhir hlo, kalo sampai telat
nggak bisa pulang ke Jogja pun ke gemolong. Mau naik apa??
“5 menit!!!” kata Arif sambil memelototkan mata selebar-lebarnya.
“IYA!!!” sahut Nasibah yang tak mau kalah melebarkan matanya
selebar-lebarnya.
“OK. Pasti bisa kok!!!” kata Arif bersemangat. Namun berbeda dengan
Nasibah iya justru mengrenyitkan dahinya seciut-ciutnya, karena tidak mungkin
jarak antara Manahan dengan Stasiun Solo Balapan dapat ditempuh dalam waktu 5
menit. Lu kira ini sirkuit??nggak ada traffic
light nya di jalan!!
Arif dan Nasibah pun melaju dengan kencang. Namun, kesempatan untuk
bergaya seperti pembalap gagal, ketika sampai tepat di perempatan depan
terminal Tirtonadi, mereka harus terhenti oleh lampu merah. Sempat terbesit
buat melanggar lalin saat itu, apalagi jalur yang didepan sangat lengang.
Tengok kanan kiri, aman!! Tak ada polisi!
“kalau tetep jalan terus aja gimana? Om pol nya nggak ada kog! Lagian di depan lengang-lengan aja nggak ada kendaraan.”kata Nasibah dengan ide gilanya.
“kalau tetep jalan terus aja gimana? Om pol nya nggak ada kog! Lagian di depan lengang-lengan aja nggak ada kendaraan.”kata Nasibah dengan ide gilanya.
“hmm. Eh.. iya e.” jawab Arif yang tergoda dengan ide gila temannya itu.
“Eh, jangan ah. Bahaya, tunggu bentar pasti juga udah ijo lagi” jawab
Arif yang ternyata imannya begitu kuat.
5..4..3..2..1. IJOO! Wuzzzzzzz!
Ups! Kesekian kalinya, kali ini
di pertigaan menuju ke Solo Balapan. Mereka terhenti oleh lampu merah, mungkin
teorinya Yohannes Surya ketika itu tidak berjodoh dengan mereka. SEMESTA TIDAK
MENDUKUNG!
“oh God!” Nasibah pun sudah menampakkan stressnya. (Nasibah itu kalau
stress ngomongnya pakai bhs. Inggris, hehehe )Pikiran negatif pun tak bisa
dipungkiri dari kepalanya. Traffic light
terakhir, but.. there is a rail way! Jangan- jangan begitu sampai di sana ada
kereta lewat. L oh. God. Tidak, semoga tidak!
IJO! Wuzzzzz!
“waaaa. Apa ini?” Arif pun tak bisa menutupi kekecewaanya. Palang
pembatas kereta pun terutup karena aka nada kereta yang lewat.
Suasana pun semakin JETLAG
“Damn, it’s true” kata Nasibah lirih. “oke. Ntar kita nggak usah lewat
depan , ini lewat gang ini aja juga bisa kog.”
“gang mana?” tanya Arif bingung
“itu hlo.itu…sebelah masjid ada gang, kita ntar lewat situ aja!”
“Ok. Wah ini kereta gak sopan. Gak tau orang mau ketinggalan kereta
aja.” Kata Arif mulai sewot.
“Iya..e..ini keretanya Cuma pemanasan aja.”tambah Nasibah yang nggak
kalah sewot.
Tulit.tulit.tulit.tulit.
Palang kereta pun terbuka. Arif langsung tancap gas melewati rel kereta.
“Duh, keretaku udah sampai di stasiun!gawat!” kata Ibah cemas sambil
melihat ke arah stasiun.
“masak!!” tambah Arif cemas.
“iya!”jawab Ibah dengan nada sedikit tinggi namun tak bermaksud
membentak hanya meyakinkan yang menunjukan dia benar-benar sangat cemas.
“Duh, gimana ini? Mau nyebrang susah banget. Macet! Duh!” gumam Ibah
yang mulai rewel.
“Mudunno! Kowe mudunno! Mudun!”
saking cemasnya dengan logat jawa Arif membentak ibah dan menyuruhnya untuk
turun . Tanpa berpikir panjang Nasibah tahu apa yang dimaksudkan Arif. Dia pun
segera berjalan menyebrang disela-sela antrian mobil, dan kemudian diikuti Arif
dari belakang dengan motornya. Wuuuuuzzzzz!
“Ayo!” teriak Arif.
Nasibah pun segera berlari dan naik ke motor yang berada tak jauh dari
dirinya.
“Ahaha! Gila!” teriak Ibah
Lewat gang yang cukup sempit itu,
mereka tetap melaju dengan kecepatan yang tinggi. Tak tanggung-tanggung sampai
di depan gerbang Stasiun pun Arif masuk gerbang dan menerobos lewat jalur
mobil. Tanpa bayar uang retribusi masuk!
“sorry, pak! buru-buru , udah ketinggalan kereta!” teriak Arif kepada
bapak satpam.
Sesampai di depan loby stasiun, Arif berhenti.
“cepet!cepet!cepet!” teriak Arif. Nasibah pun langsung turun dan berlari
masuk ke dalam stasiun.
![]() |
source:google.com |
**
Nasibah segera masuk ke dalam kereta yang ternyata sudah siap dan segera
berangkat. Kereta pun berjalan meninggalkan Solo. Ia berjalan di dalam gerbong
kereta, gerbong demi gerbong ia lewati sampai ia menemukan tempat duduk.
Alhamdulillah, segera ia temukan bangku kosong. Nasibah pun meminja izin kepada
orang sebelahnya dan duduk. Tak lama, ia segera membuka handphone nya untuk
mengabari Arif bahwa ia tidak tertinggal kereta. Begitu ia selesai mengirim
pesan, ada 7 pesan masuk di inboxnya, dan salah satu isi pesan tersebut ada
dari rekan sekelasnya yang memberitahukan bahwa untuk besuk pagi kuliah jam 7
KOSONG(tidak ada kelas)!!
“Kalau tau kosong, aku bisa pulang besuk pagi. Nggak perlu ngejar-ngejar
kereta kayak orang gila!!” jeritnya dalam hati.
Hari yang istimewa 03-03-13, memang sangat “ISTIMEWA” untuk Nasibah, atau
mungkin juga buat Arif!
“*good*
day!”
0 komentar:
Post a Comment