Vedroziete theGREATlittle

this blog is miniature of my HEART, the book story of my LIFE.

I AM " A MORATORIUM"



Perkembangan manusia mulai dari bayi hingga lanjut usia sangatlah bertahap dan terjadi banyak perubahan. Diwarnai dengan adanya pertumbuhan fisik yang dapat dihitung secara kuantitatif hingga perkembangan kognitif, dan psikomotorik. Adapun perkembangan emosi sering terlihat perubahannya.  
Masa Bayi umur 1 tahun
Perkembangan pada masa bayi sulit untuk diceritakan kembali mengingat bahwa kita tidak bisa mengingat apa yang terjadi ketika kita bayi. Untuk mengamati perkembangan diri mulai sejak bayi, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan adalah menggali informasi dari orang tua atau saudara. Terlahir dengan proses normal oleh ibu Siti Wahyuni di daerah Sragen 19 tahun silam. Saya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat hingga mencapai umur 1 tahun. Sebelum umur 1 tahun, bayi sudah belajar berbicara meski hanya satu kata, hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa bayi. Kebanyakan bayi mengucapkan kata yang sama pada perkembangannya, mereka akan mengucapkan kata “ma / mam’ sebagai kata pertama yang mereka ucapkan. Begitu juga dengan saya, ketika umur 8 bulan kemampuan kognitif berbahasa sudah mulai terlatih dengan muncul kata “mam” sebagai kata pertama. Ketika pada masa bayi, ibu dan saudara yang ikut mengasuh saya sering kali mengajak saya berbicara “ngliling”, dari sini lah bayi belajar melalui respon dan memanipulasi kata-kata yang sering didengarnya. Hal ini terjadi karena pengaruh sensori dari luar, di mana pada masa 0-1 tahun kemampuan indera lah yang bekerja optimal untuk merekam dan merespon jelas rangsang yang diberikan dari luar, pada masa ini lah yang disebut bayi memasuki tahap sensorimotor. Selain kemampuan berbicara tugas perkembangan lain pada masa bayi adalah belajar berjalan. Saya mulai dapat berjalan tanpa bantuan yakni ketika memasuki umur 13 bulan. Sebelum dapat berjalan tegak belajar berjalan dibantu oleh ibu dan ayah bahkan saudara-saudara yang ikut mengasuh, biasanya disebut “tetah” atau dalam teori Vygotsky pemanduan proses belajar oleh orang lain yang lebih ahli seperti ini bisa disebut dengan istilah Scaffolding. Selama masa bayi ini, orang tua saya cukup sibuk untuk mengurus tiga orang anak yang masih kecil-kecil, ketika itu umur kedua kakak saya baru 7 tahun dan 3 tahun. Karena itulah saya sering diasuh oleh tetangga-tetangga saya seperti Pak Lurah. Dalam hal pengasuhan sering kali terbentuknya figur lekat pada sang bayi, namun dilihat dari pengalaman ketika bayi meskipun sering diasuh oleh orang lain, figur lekat utama tetaplah ibu. Dimana bayi tetap membutuhkan sang ibu, namun ketika diasuh oleh orang lain ia bisa mempercayai orang lain tersebut, kelekatan seperti ini termasuk dalam kategori Secure Attachment.


Berkembang memasuki masa kanak-kanak awal yakni umur 2-6 tahun. Pada masa ini anak memasuki perkembangan kognisi tahap praoperasional, ciri tahap ini adalah anak sering mengimitasi perilaku-perilaku orang yang ada disekitarnya. Contohnya pada usia 5 tahun meskipun harus mengalami keterlambatan sehingga belum bisa merasakan dunia sekolah bahkan bangku Taman Kanak-Kanak, namun saya selalu ikut-ikutan belajar ketika kakak saya belajar. Hal ini merupakan hal yang sangat menarik, karena hasil dari ikut-ikutan itu pun tidak sia-sia, saya sudah dapat membaca sebelum masuk Sekolah Taman Kanak-Kanak bahkan kemampuan itu mendahului kakak saya yang sudah masuk kelas 1 SD. Sesuai dengan karakter kelekatan emosi yang dimiliki anak secure attachment akan berkembang menjadi anak yang percaya diri, dan aktif dalam aktvitas di sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan semasa TK saya mengikuti esktrakurikuler drum band, hingga mengikuti lomba-lomba drum band di luar daerah.                                      
Masa Anak-anak Awal
Memasuki masa anak-anak akhir yakni pada umur 7-12 tahun adalah masa di mana anak mengenal dunia sekolah. Meski biasanya fisik berkembang secara pesat pada usia remaja, namun dulu perkembangan fisik saya berkembang sangat cepat dan konsisten ketika masa anak-anak ini. Tinggi badan dan berat badan meningkat sesuai dengan tubuh anak-anak lain, jadi badan tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Selain itu menurut Teori Piaget perkembangan kognitif anak pun mulai berubah menjadi berpikir kongkret dari pada tahap sebelumnya, hal ini didukung dengan materi pendidikan di sekolah seperti berhitung, pengetahuan alam, dan lain lain. Pada masa SD pun sudah ada keinginan untuk berprestasi, dan berkompetisi dimana selama SD saya selalu masuk peringkat 10 besar atau bahkan 5 besar, tidak jarang terjadi pergantian dan pergeseran posisi. Ada seorang teman saya yang bernama Ikhsan dia juga merupakan anak yang pandai di kelas, tidak jarang kami bersaing untuk merebutkan suatu posisi peringkat dan saling bergantian memperebutkan peringkat meski hanya di lima besar. Anak-anak usia ini pun sudah memiliki rasa tanggung jawab, diantaranya sudah bisa melakukan pekerjaan rumah, dan pemeliharaan terhadap barang yang ia miliki. Pengalaman pada masa kecil, saya sudah sering membantu pekerjaan rumah seperti mencuci piring, melipat baju-baju, menyapu, bahkan memasak hal-hal kecil. Masa operasi konkret juga ditunjukan dalam pemeliharaan barang miliknya, saya masih ingat ketika itu saya memiliki kartu mainan Yugi-OH begitu juga dengan teman-teman perempuan saya. Kami benar-benar merawat kartu mainan kami masing-masing, bahkan kami berusaha agara mainan kami tersebut tidak terpantau oleh guru kami. Ketika diadakan pembersihan kelas sebelum UKK, semua teman saya menyimpan kartu mainan mereka ke dalam tas, sayangnya saya lupa untuk menyelamatkan mainan ke dalam tas alhasil kartu mainan tersebut disita oleh guru saya. Sedangkan perkembangan sosial pada masa anak-anak akhir lebih luas, anak tidak hanya berinteraksi dengan keluarga tapi juga dengan teman-teman sekolah, pada masa ini sering terbentuknya kelompok-kelompok atau teman bermain yang memiliki hobbi dan pemikiran yang sama. Contohnya, ketika saya SD terbentuk beberapa kelompok kecil bahkan dalam 1 kelas ada 4 kelompok kecil, 2 kelompok anak perempuan dan 2 kelompok anak laki-laki. Terbentuknya kelompok bermain ini juga menjadikan anak lebih sering mempunyai waktu bermain di luar rumah. Seperti saya dulu pun sering bermain atau belajar kelompok di rumah teman. Bahkan karena rentang usia yang tidak jauh dengan kakak laki-laki saya yakni hanya berjarak 2 tahun, saya sering sekali bermain dengan kakak saya dan terkadang saya ikut bermain di luar bersama teman-teman kakak laki-laki saya. Kedekatan bahkan bermain dengan teman laki-laki juga ikut mempengaruhi perkembangan pribadi saya hingga dewasa, diantaranya saya kurang menyukai barang-barang perempuan dan cenderung lebih menyukai barang laki-laki serta tidak suka bersolek berlebihan seperti perempuan pada umumnya yang begitu memperhatikan penampilan.      
Masa anak-anak akhir
Dari SD berlanjut ke SMP dan SMA, dibarengi dengan perkembangan diri dari anak-anak menuju remaja. Masa remaja dialami pada usia 12-18 tahun, masa ini adalah masa peralihan dari anak-anak menuju kematangan. Perubahan yang paling terlihat pada masa remaja adalah perkembangan fisik dan psikoseksual. Perkembangan fisik diantaranya adalah peningkatan produksi hormon-hormon dan munculnya ciri-ciri perkembangan seks primer dan sekunder. Ciri-ciri perkembangan seks primer ditandai dengan menstruasi bagi perempuan, pada masa remaja ini lah tepatnya pada usia 13 tahun saya telah mengalami menstruasi dan diikuti dengan pembentukan bentuk tubuh seperti pinggang dan payudara yang membesar, bahkan masa pubertas saya ini dihujani dengan jerawat di wajah. Namun, pertambahan tinggi dan berat tubuh tidak lagi pesat, hingga usia 17 tahun pun kondisi fisik saya tetap kecil dan mungil. Namun, saya berprinsip bahwa kekurangan bukanlah hambatan untuk meraih mimpi. Hal ini sebagai wujud bahwa saya telah memenuhi tugas perkembangan sebagai remaja untuk menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Pada masa SMP mungkin merupakan masa emas saya, dimana saya selalu menjadi peringkat 1 di sekolah saya selain itu juga mengikuti dan menjuarai beberapa lomba di antaranya juara 2 siswa teladan se-kabupaten Sragen. Selain itu saya juga aktif mengikuti OSIS dan PMR, bahkan ketika SMP sempat dijadikan wakil ketua OSIS. Wujud keaktifan sebagai anak yang tergolong dalam secure attachment pun berlanjut ketika memasuki jenjang SMA, saya terus aktif di keorganisasian OSIS, belajar mengkoordinir dan membuat sebuah acara, bahkan saya bermimpi dan berjuang untuk mewujudkan terciptanya dunia kepenulisan di SMA N 1 Gemolong dan hasilnya terwujud lah majalah sekolah. Banyak teman dan guru yang berpikir bahwa saya terlalu fokus terhadap organisasi dan sedikit mengabaikan pada pelajaran di sekolah. Beberapa guru pun tidak senang pada anak yang aktif di OSIS. Namun, saya pun terus berjuang membuktikan untuk tetap menjaga prestasi saya, dengan menjuarai beberapa lomba Karya Tulis Ilmiah (implikasi operasional formal, berfikir berdasar hipotesis), mengikuti tim debat dan tetap masuk dalam 10 besar di kelas. Meski tidak dipungkiri kesibukan saya di organisasi mengakibatkan menurunnya peringkat saya di kelas. Semua hal itu tidak menyurutkan saya, justru dari sini lah saya memahami siapa saya. Bahwa saya adalah seorang yang tidak terlalu terobsesi terhadap nilai kuantitatif dalam pendidikan namun berfikir realistis dalam masalah sosial, dan senang berkomunikasi dengan semua orang atau masyarakat adalah keseimbangan demi tercapainya nilai manusia seutuhnya. Karena banyak teman saya hanya terobsesi dengan nilai-nilai rapor dan menghalalkan segala cara tanpa peduli lagi terhadap perilaku sosial bahkan untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Pemahaman saya ini benar-benar saya tanamkan selama saya berada di SMA, hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan remaja, bahwa remaja telah memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Beralih ke perkembangan emosi masa remaja, di mana masa remaja selalu khas dengan perkembangan emosi dan cinta. Emosi remaja tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak, hubungan mereka dengan keluarga pun tidak harmonis. Hal ini memang benar saya rasakan, ketika saya kelas 1 SMA sering kali saya merasa bahwa saya ini orang yang kesepian dan tidak ada seorang pun yang peduli terhadap saya. Merasa bahwa saya ini diperlakukan seperti robot oleh semua orang. Meski saya mengalami tekanan batin dan frustasi akan kondisi saya, tidak lantas saya bercerita kepada keluarga, saya hanya mengeluhkan hal-hal tersebut kepada sahabat saya dan guru saya. Saya tidak pernah bercerita apapun terhadap keluarga saya, bahkan sempat terjadi konflik dengan kakak perempuan saya. Sesuai dengan teori dari Piaget tentang tahap operasional formal bahwa remaja telah memiliki kemampuan introspeksi(berpikir krisis tentang dirinya), saya berpikir bahwa saya bukanlah tipe orang yang pandai mengungkapkan apa yang saya rasakan dan apa yang ada di hati saya, saya lebih memilih untuk memendam semua itu sendiri. Termasuk juga dalam hal cinta, tidak dipungkiri pada masa remaja saya sudah bisa menyukai lawan jenis. saya jatuh cinta kepada beberapa laki-laki, namun semua itu hanya bisa saya pendam dan tidak pernah saya ungkapkan hanya sekedar berbagi sedikit cerita kepada beberapa teman yang bisa menerima cerita cinta saya. Mengenai rasa cinta, saya memuja seorang tokoh pembalap motoGP dari Spanyol bernama Dani Pedrosa. Rasa cinta saya terhadap Dani sudah berlangsung sangat lama, sejak masih SMP hingga saat ini. Kemudian saya menyukai beberapa laki-laki secara berpindah-pindah namun perasaan itu hanya bisa saya pendam. Dari cerita saya di atas saya melalui Perkembangan emosi cinta dari tahap Hero Worshipping, yakni pemujaan pada orang yang lebih tua dan umumnya berjarak jauh. Kemudian tahap Puppy Love, perasaan cinta pada satu orang namun berpindah-pindah.


  Gambar 4. Masa Remaja
Sekarang ini saya berusia 19 tahun menuju ke 20 tahun, dalam usia ini lah memasuki masa Dewasa dini. Setelah lulus SMA saya memutuskan untuk melanjutkan studi di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Yogyakarta, hal ini merupakan keputusan saya dalam menyusun masa depan. Karena melalui berbagai pertimbangan tentang prospek yang menjanjikan disesuaikan dengan bakat dan minat saya, saya menjadikan pendidikan bahasa Inggris sebagai pilihan utama saya. Hal ini merupakan bentuk dari salah satu tahap perkembangan kognitif pada masa dewasa dini, Schaie menyebut tahap seperti itu merupakan tahap mencari prestasi (Achieveing stage) yakni penerapan intelektualitas individu pada masa dewasa pada situasi yang melibatkan konsekuensi besar untuk mencapai tujuan jangka panjang. Dalam masa dewasa dini, saya memiliki masalah-masalah baru, seperti kehilangan jati diri saya. Saya merasa bukan lagi anak yang kritis, aktif dan gemar berorganisasi. Saya sudah mengikuti beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa baik tingkat Universitas maupun Fakultas, namun saya tidak menjalaninya dengan semangat, sering mangkir dari rapat dan kegiatan. Bahkan dulu saya yang suka dengan kegiatan debat, kini tidak terlalu berambisi terhadap debat, hal ini ditunjukkan dengan seringnya mangkir latihan debat. Kurang teguhnya komitmen, bimbang dalam mengambil keputusan dan lebih memilih melakukan kegiatan yang saya inginkan, contohnya lebih memilih pulang ke kampung halaman daripada mengikuti kegiatan kampus menjadi masalah baru buat saya saat ini. Ditambah lagi berpisah dengan teman-teman SMA menyulitkan saya untuk  berbagi cerita bahkan untuk mencari hiburan, hal ini membuat saya merasa sendiri dan kesepian. Munculnya masalah-masalah baru seperti ini merupakan salah satu ciri khas dari masa dewasa dini, sebagai usia banyak masalah (problem age) dan usia tegang dalam emosi (emotional tension age). Selain itu, beberapa ahli berpendapat bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi perubahan minat pada masa dewasa dini, di antaranya adalah perubahan tekanan budaya dan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut orang untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik. Pemahaman terhadap masalah inilah yang pada akhirnya mempengaruhi kebahagiaan individu. Jika disesuaikan dengan teori James Marcia identitas yang sesuai dengan kondisi saya saat ini adalah Moratorium(rendah komitmen dan tinggi eksplorasi) yakni dalam keadaan krisis, ragu-ragu dalam membuat keputusan, banyak bicara, percaya diri, tetapi juga mudah cemas.

 Perkembangan, perubahan masa hingga pemenuhan tugas perkembangan pun sudah saya lalui dari bayi hingga dewasa dini. Setelah memahami perkembangan pada diri saya, saya mengenali bahwa saya ini adalah orang yang bertipe secure attachment, percaya diri kuat,  aktif, mengutamakan perilaku sosial, namun ragu-ragu dalam membuat keputusan, serta cenderung menyimpan dan memendam masalah atas segala sesuatunya.

0 komentar: