Mengunjungi Museum Manusia PurbaSangiran rasanya sudah bosan, kenapa tidak Museum Klaster Bukuran? Museum klaster Ngebung? dan sederet museum purbakala lainnya?
Museum manusia purba Sangiran masih memiliki banyak hal untuk dikaji, mungkin itu jawaban yang paling tepat. Kemarin lusa, seorang adik yang tergabung dalam KIR Kalpawidya SMAN1G bertanya kepada saya, “menurut mbak, kira-kira apa yang menyebabkan museum sangiran ini sepi pengunjung?”
saya hanya mengrenyitkan dahi sembari berpikir, dari mana adik ini bisa bertanya sedemikian rupa. Museum sangiran sepi pengunjung? Apakah adik ini sudah mengolah data pengunjung atau hanya asumsi dia saja? Padahal, baru saja saya bertanya pada satpam bagian resepsionis tercatat pada buku tamu turis asing bahwa ada 36 kunjungan dalam 28 hari dan setiap kunjungan tercatat 1-10 pengunjung. Kunjungan di atas hanya dari turis asing bagaimana dengan pengunjung lokal? Saya yakin jumlahnya pasti lebih banyak. Lalu, apakah bisa dikatakan bahwa Sangiran sepi pengunjung? Saya rasa perlu pengkajian data yang lebih detail dan dalam untuk menjawab hal tersebut.
Jika memang museum sangiran itu sepi pengunjung, apa yang menjadi pembandingnya? Kita tidak mungkin membandingkan museum sangiran dengan tempat wisata pantai drini, air terjun grojogan sewu, goa pindul atau wahana rekreasi. Museum Sangiran adalah tempat wisata edukasi tentu sangat berbeda dengan tempat wisata alam yang menyuguhkan pemandangan untuk merefresh pikiran atau wahana rekreasi untuk bersenang-senang. Untuk mengajarkan dan mengenalkan sesuatu itu lah tujuan utama dari wisata edukasi. Begitu juga museum sangiran, yang ingin mengenalkan tentang keberadaan kehidupan purba berjuta-juta tahun yang lalu. Jadi, coba lihat perbandingan data pengunjung museum sangiran dengan museum-museum lain di Indonesia, hasilnya bisa saja mendekati kata valid.
0 komentar:
Post a Comment