“Jujur ajur” itulah idiom jawa yang bermakna jujur membawa kerugian, yang sering dijadikan alasan orang untuk melakukan suatu kebohongan. Sangat disayangkan jika semua orang beprinsip seperti diatas, tapi sayangnya dunia sudah penuh dengan kebohongan.
Saya duduk di bangku kelas XI SMA. Belajar, PR, tugas, dan ulangan adalah hal yang sudah biasa dikalangan pelajar terutama di sekolah saya. Kebetulan saya mengambil jurusan IPA. Maka Fisika, Biologi, Matematika, serta Kimia menjadi makanan sehari-hari. Sebagai remaja usia 17 tahun, saya menyadari apa yang terjadi pada pribadi saya. Pencarian jati diri seorang remaja, itulah yang saat ini bergulir dalam hidup saya. Dan saya percaya hidup ini berputar, kita akan berada di atas dan juga akan berada di bawah. Seperti firman Allah SWT QS.YUNUS.
Dan jika ada sebuah pertanyaan sedang berada di posisi mana saya saat ini? Dengan pasti saya menjawab, saya sedang berada di roda bawah kehidupan. Hey!!ini takdir teman, dan sebisa mungkin saya merubah takdir itu. Ketika saya tahu posisi dan keadaan saya saat ini, saya tidak akan diam dengan prinsip yang terus saya genggam “Do the Best cause Allah will give you the best and you will be THE BEST”.
Baiklah kawan, satu hal yang terbaik yang saya lakukan dan harus semua orang lakukan adalah KEJUJURAN. Kisah yang belum lama ini saya alami:
Saat itu, Senin pagi di kelas XI IPA telah diagendakan untuk evaluasi mata pelajaran Fisika BAB I (Momen Gaya, Momen Inersia, dll). Sungguh!soal yang tertuliskan jauh dari dugaan saya, bahkan satu kelas pun tak ada yang mampu menjinakkan soal tersebut. Mencontek dan “njaplak” adalah solusi paling jitu untuk mengamankan nilai dari predikat REMIDI. Seluruh isi kelas saling bekerja sama, menyumbangkan jawaban mereka kepada teman lain. Berindukan pada “si penjaplak” yang leluasa mebuka buku dan catatannya. Saat itu kesempatan memang sangat besar, mengingat guru yang jauh dari predikat killer, bahkan si guru mudah saja diakali oleh murid-murid SMA sekarang yang sangat cerdik dalam hal seperti itu. Bahkan mereka sempat mengganti jawaban mereka begitu melihat kunci jawaban yang di bawa guru.
Ikut mencontek atau menjiplak???? Sama sekali hal itu tidak pernah terlintas di pikiran saya. Ingat kawan, saya berpegang teguh pada apa yang telah menjadi prinsip saya. Prinsip yang bergariskan vertikal, dan yang akan membawa keagungan pada jiwa. Yah, saya tidak bermaksud sombong menceritakan bahwa saya adalah satu-satunya siswa yang tidak mencontek ketika semua teman melakukan hal itu. Lalu, apakah saya tidak mengkawatirkan nasib nilai saya? Khawatir, saya sangat khawatir teman, tapi hati ini akan sangat tidak tenang jika saya melakukan hal-hal yang teman-teman saya lakukan.
Dua hari setelah ulangan, hasil pun dibagikan. Ketahuilah teman, nasib baik tidak bergantung untuk saya. Di kanan-kiri, teman-teman di sekeliling saya mendapatkan nilai-nilai yang begitu hebat 9,8,7. Dan apa yang terjadi pada saya? Untuk kesekian kalinya saya mendapat predikat satu-satunya murid di kelas itu. Jika kemarin saya adalah satu-satunya murid yang tidak mencontek, dan saat itu saya menjadi satu-satunya murid yang REMIDI di kelas itu.
Dan saya bertanya dalam hati saya, apakah pak guru tidak melihat apa yang mereka lakukan? Mengapa pak guru sama sekali tidak adil terhadapku?? Dan hati saya menjawab: Pak Guru tidak melihat karena Allah Sang MAHA MELIHAT, Pak Guru tidak adil karena hanya Allah YANG MAHA ADIL!!
Memang benar kawan, kejujuran saya hanya menjadikan kehancuran bagi saya. Tapi ingatlah, yang saya lakukan adalah yang terbaik. Yang terbaik tidak selalu yang terindah. Terbaik bagi saya di kemudian hari,terbaik yang saya lakukan karena DIA yang saya sebut TUHAN!! Semua karena ALLAH SWT.
0 komentar:
Post a Comment