Di
tepi jalan, terlihat gadis itu duduk termangu di bawah pohon yang rindang. Ia
sendiri dan sangat menikmati kesendiriannya. Tak ada seorang pun yang
menemaninya, ia hanya ditemani sepeda ontel hitam yang disandarkan tak jauh
dari tempat ia duduk. Gadis itu sangat akrab dengan sepi, hanya suara angin
yang terdengar sebelum ia memutuskan untuk memutar lagu-lagu dari ponselnya.
Tak lama kemudian, gadis itu mengeluarkan buku memo dan sebuah pena dari dalam
tasnya. Terlihat ia menuliskan sesuatu layaknya seorang penyair yang baru saja
menemukan inspirasi untuk karya indahnya.
Beberapa
meter tak jauh dari tempat gadis itu duduk, datanglah seorang pedagang bakso.
Ia memarkirkan dagangannya di tempat yang teduh sembari beristirahat karena
lelah berkeliling mengorder dagangannya. Si tukang bakso itu pun ikut duduk
termangu sendiri, dan menikmati segarnya angin yang berhembus, seakan
menghembuskan rasa lelahnya sedikit demi sedikit. Tukang bakso itu terlihat
masih muda, mungkin masih 20 tahun usianya.
Tidak
butuh waktu lama, keberadaan gadis itu menyita perhatian si Tukang bakso. “Lagi
ngapain tho mbak? Kok duduk di situ,
sendirian lagi?” sapa si Tukang bakso memulai percakapan dengan logat jawa yang
masih kental. “Ooh..nggak kok mas, cuma lagi nunggu temen aja.” jawab gadis itu
santun. “Lha itu!kok sambil nulis-nulis segala?”tanya tukang bakso. “Oh. Ini cuma
iseng-iseng aja nulis puisi” “Oooo..Tak kira tukang ngukur jalan!!Heheh..” kelakarnya
yang semakin memperakrab percakapan. “Hahah..bisa aja mas ini.”
Dari
cara berpakaian, gadis itu memang terlihat layaknya seorang pelajar, ia memakai
tas ransel yang di dalamnya berisi buku-buku. Bila dilihat dari wajah dan
tubuhnya, mungkin gadis itu masih berusia 17 tahun. “Lagi nungguin siapa tho
mbak?” “Temen, Mas.”jawab gadis itu singkat, dengan tersungging senyum manis
yang menghiasi wajahnya. “Temen apa temen?Bohong, pasti bukan temen?”
“Heheh..Temen!Ngapain saya bohong?!”
Gadis
berjaket abu-abu itu melihat jam pada ponselnya. Rasanya sudah sangat lama ia
menunggu temannya, namun yang ditunggu tak kunjung datang. Gadis itu menyobek
kertas yang tadi ia penuhi dengan tulisan, ia selipkan kertas itu kedalam
lembaran buku. Berlanjut dengan mematikan MP3 player di ponselnya yang sejak tadi
ia putar, ia bersiap untuk meninggalkan tempat itu. “Mau kemana mbak?nggak jadi
nungguin temennya?” “Enggak mas..udah lama nunggu tapi nggak datang-datang.
Duluan ya mas!”
Gadis
itu mengayuh sepeda ontelnya dan meninggalkan tempat itu. Si tukang bakso pun
ditinggalkannya sendiri. Ia berduduk santai sembari menunggu pembeli.
Dilihatnya selembar kertas yang berada tak jauh dari tempat ia duduk, kemudian
ia ambil kertas itu. Tertulis di atasnya.
Gadis kecil itu,
senyumnya
terlalu kekal untuk kenal duka.
Inginku melihat
senyum bahagianya.
Gadis kecil
penggila warna biru itu,
seakan-akan dia
menerjemahkan warna biru.
Warna biru yang
ingin sekali mengatakan
“aku ingin
dimengerti”
Mata gadis kecil
itu terus saja basah seiring dengan kegelisahannya.
Di pagi itu,
tak terlihat
mata gadis kecil yang tajam dan meneduhkan hati.
Tak ada yang
terlihat selain lelah dan duka dari sinar matanya.
Ia seakan ingin
menjadi putri tidur
yang tak ingin
bertemu dengan kehidupan dunia.
Ia inginkan seseorang disampingnya
dan menjaganya.
(ADN26)
Di
pojok bawah kertas tertulis Pedrosa 26. The little Pedrosistas. Pemuda itu
berpikir bahwa puisi itu milik perempuan yang tadi duduk di tempat itu, dan
ternyata gadis itu mengidolakan seorang pembalap yang bernama Pedrosa. Lalu apa
itu ADN26?? Mungkin, itu inisial namanya dengan ditambahkan angka 26 di
belakangnya. Begitu ia membacanya,
pemuda itu pun tertarik dan menyukai puisi itu, disimpannya puisi itu dan dia masukan
ke dalam saku celananya.
**
Selang
seminggu setelah perjumpaan itu. Kedua remaja itu kembali dipertemukan di
tempat yang sama. Seperti kala pertama bertemu, si tukang bakso sedang menunggu
pembeli, sedangkan sang gadis ia secara kebetulan melintas ketika hendak
berangkat Les. Gadis itu melempar senyum pada si Tukang bakso. Senyum yang
indah dan menyejukkan hati bagi Tukang bakso, ia lantas memanggil gadis itu
untuk berhenti sejenak. “Eeeh..Mbak! Berhenti dulu sebentar!” seru pemuda itu.
Gadis itu pun menghentikan langkahnya dan menuruti perintah si Tukang bakso.
“Ada apa, Mas?” tanya gadis itu. “Ini lho Mbak, puisinya waktu itu ketinggalan”
sambil menyodorkan lembar puisi. “Oh iya..Makasih ya Mas!dulu aku cari-cari
nggak ketemu. Makasih ya!” Gadis itu segera bergegas pergi, namun kembali si
tukang bakso itu seakan tak mengijinkannya pergi. “Eh, Mbak!Mbaknya suka
Pedrosa ya?” “Kok tau?”dengan wajah penuh tanda tanya ia menatap tajam pemuda
itu. “Hehe..ya jelas tau, kan di puisinya ada tulisan Pedrosa-Pedrosa gitu.”
“Hmmt. Aku kira masnya dukun!” “Hehe. Ya bolehlah buat sampingan. Terus yang
ADN26 itu apa mbak?” “ADN itu inisial namaku. Cos, namaku kan Andraina Danila
Novelista.” “Heleh-heleh. Itu nama atau apa Mbak? Oh ya, namaku Aan.”
“Hehe..panggil aja Andra. Oke, salam kenal mas Aan.” “Salam kenal, juga.” Kedua
insan itu pun berbincang akrab, setelah akhirnya Andra pergi melanjutkan
langkahnya menuju tempat Les.
Perjumpaan
yang tak pernah diduga sebelumnya. Andra semakin akrab dengan Aan, mereka
sering bertemu di mana mereka dipertemukan pertama kali. Bahkan tidak sebatas
itu, mereka semakin diakrabkan dengan teknologi canggih ‘SMS’. Aan yang lulusan
SMK, walaupun seorang tukang bakso
rupanya pengetahuannya cukup luas, itulah yang membuat Andra semakin nyaman
berteman dengan Aan.
Di tengah keakrabannya Aan mengaggumi sosok Andra,
ia tak pernah menemukan pribadi seperti Andra. Dimana Andra adalah gadis
sederhana, aktif dan tidak menyukai hal-hal yang disukai oleh perempuan pada
umumnya. Andra memang sedikit tomboy, namun dia tetap memahami betul fitrahnya
sebagai perempuan. Itulah yang membuat Aan begitu mengaguminya. Hatinya yang
sedang terserang the Pink Viruses terus
bergejolak, ia bertanya, lalu bagaimana dengan Andra sendiri? Mungkinkah...?
Ah..Tak Mungkin!
Ia inginkan seseorang disampingnya
dan menjaganya. Ya..Itulah
yang diinginkan Andra, tidak jarang Andra yang selalu bersemangat itu merasakan
kesepian. Semenjak ia akrab dengan Aan, kesepian itu perlahan melebur dari
kehidupannya. Andra terlihat semakin semangat dan ceria. Ia sungguh sadar
bahkan terkadang ia bingung apa yang membuatnya seperti itu, membuatnya selalu
bersemangat dan ceria. Selama ini Andra terkenal sebagai gadis yang cuek, ia
sangat berterima kasih telah diperkenalkan dengan Aan. Ia tuangkan semua kata
hatinya pada sebuah tulisan dalam buku hariannya. Aku diperkenalkan oleh-Nya tentang anugerahNya, tentang sesuatu hal
yang fitrah pada manusia. Hal yang biasa dialami oleh remaja katanya? Tentang
bagaimana manusia mencintai sesamanya, tentang rasa ketika manusia menyukai
lawan jenisnya. Ya., aku diperkenalkan tentang cinta.
**
Andra
begitu bersyukur karena terciptanya berpuluh-puluh kenangan manis. Namun,tak
berselang lama atas bahagianya Andra, sesuatu terjadi tampak aneh. Berubah
perlahan-lahan, atau bahkan yang dikenal dalam fisika, sesuatu telah bergerak berubah
beraturan. Hingga akhirnya mencapai titik maksimum dimana bisa saja titik itu
bernilai 0. Aan tak pernah lagi menghubunginya,ia seakan menjauh dari Andra. Andra
pun berusaha untuk menghubungi dan bertemu dengannya, namun semua itu nihil.
Andra hanya memiliki nomor Hpnya saja, dan ketika ia menunggu di tempat mereka
biasa bertemu, Aan sama sekali tak tampak batang hidungnya. Andra semakin
berputus asa, ia tak menyangka hal menyakitkan itu akan terjadi padanya. Ketika
ia sedang terbang bahagia dimana hampir mencapai langit yang tertinggi, dalam
hitungan detik ia dijatuhkan. Semua harapannya pupus dan lebur begitu saja. Tak
disadarinya ia menge-judge buruk Aan
si Tukang Bakso itu.
Andra
berupaya tak mengingat Aan yang tengah menghilang. Dalam waktu luangnya ia
sempatkan untuk ber-social network lewat
akun Facebook dan Twitternya, bahkan ia berteman dengan orang-orang diluar
negeri. Dalam notifikasi akun Facebooknya tertulis, you get poke from Andromeda! Poke back? Andra mencoba mencari tau
siapakah Andromeda, dari informasinya, Andromeda adalah seorang mahasiswa di
Filipina ia berusia 19 tahun. Seusai itu dengan sadar ia klik Poke back. Selang beberapa detik,
tertulis pada notifikasi you get poke
from Andromeda! Poke back? Dengan cepat ia klik Poke back. Setelah beberapa kali ia lakukan seperti itu, muncul sebuah pemberitahuan Andromeda wants to be your friend!Confirm?or Ignore? Klik Confirm!
Ia menerima pertemanan atas penuh rasa penasaran.Berlanjut pada Inbox,
Andromeda mengirim pesan: “Hola!” “Hola!”
“como estas?”Andromeda menyapa dengan bahasa Spanyol, yang artinya apa
kabar? Ia sangat ingin belajar bahasa Spanyol, ia semakin tertarik dengan
Andromeda. “Bien..”balas Andra singkat. “My
name is Andromeda, now i live in Filipine. i really want to be your good
friend, will you?” “of course. i will be your good friend, and my name is
Andra. Did you can speak spanish? Cz im really interesting on it” “OK. Thanks.
No, i can speak it just a little” “hmmt its Okay!” Di tengah perbincangan,
Andromeda bertanya “ do you have boy
friend?”suatu hal yang mengetuk keras hati Andra, hal itu telah
mengingatkannya pada Aan. “No. I dont
have boy friend” “Why?” “bcz, i cant find someone who love me truly and they
are player.” Andromeda tak membalas pesannya, sedangkan Andra sangat
menunggu balasan. Ia berulang kali mengeceknya, namun hingga malam larut tidak
ada balasan. Mungkinkah Andromeda tersinggung dengan kata-kataku?
Keesokan harinya, setelah pulang sekolah Andra mengecek
akun Facebooknya. Ternyata ada satu pesan dari Andromeda, “Memang benar apa
yang kamu katakan, tapi tidak semua laki-laki seperti apa yang kamu telah
ketahui. Aku yakin, and I love to be your
true friend”. Pesan yang sangat mengejutkan bagi Andra. Andromeda bisa
berbahasa Indonesia? “wow. You spoke
Indonesian! How did you can speak Indonesian?” “ Iam from Indonesia, bt i live
in Filipine, now.” Belum sempat Andra membalas pesan, Andromeda kembali
mengirim pesan “Gadis
kecil itu,senyumnya terlalu kekal untuk kenal duka.Inginku melihat senyum
bahagianya.Gadis kecil penggila warna biru itu,.” Andromeda??
Darimana ia bisa tau tentang puisi itu? Puisi itu tak pernah aku publikasikan
sebelumnya? Dan yang tau puisi itu hanya aku! Bukan..tetapi?Aku dan si Tukang
bakso! Andra terlihat semakin kebingungan dan secepat kilat membalas pesan dari
Andromeda “Darimana kamu tau puisi itu?” Tak seperti biasanya, Andromeda tak
membalas dengan cepat. “Maafkan aku. Aku tau beberapa hal tentang dirimu, dan
tentang puisi itu pun aku adalah orang pertama yang membacanya setelah dirimu.
Aku temukan sobekan kertas puisi itu, dan kemudian aku kembalikan kepadamu.”
Siapa dia sebenarnya? “ Aan??” balas Andra ragu. “yes, here I am.” Andra masih tak percaya, ia tak tau harus
bagaimana ia membalasnya. “Maafkan aku. Aku pergi jauh dan tak memberimu kabar.
Aku di sini melanjutkan belajarku setelah aku mendapatkan beasiswa. Mungkin
kamu mengenalku seorang tukang bakso, aku tak bermaksud membohongimu, hanya
saja saat itu aku tengah libur menunggu penyelesaian administrasiku sembari
membantu usaha ayahku berjualan bakso.” “Tetapi kenapa kamu nggak ngasih
kabar?”desak Andra. “Aku tidak ingin menyakitimu terlalu dalam, di saat kamu
tau aku akan pergi jauh. Sebelum kamu terlalu dekat denganku, mungkin sebaiknya
aku menghilang. Jika saja....” “Jika apa?” Andra membalas penuh penasaran.
“Jika saja Tuhan meridhoi, aku ingin selalu disampingmu dan menjagamu. I will be the one who love you truly.
Namun, Dia tak mengijinkan keinginanku itu. Aku harus pergi jauh.” “but I need you.”balas Andra. “ I see, dear.But,jika kita mencintai
seseorang jangan terlalu berharap untuk selalu bersamanya. Tapi bersyukurlah karena
telah tumbuh cintamu kepadanya, dan berusaha menjaganya untuk tetap hidup di
dalam hatimu.”
Kini Andra telah mengetahui keberadaan Aan. Teknologi komunikasi
sangat membantu mereka untuk selalu berkomunikasi. Meski mereka bukanlah
sepasang kekasih, namun mereka tetap akrab seperti dulu, bahkan jarak yang
menjauhkan pun tak mampu menghalangi mereka untuk semakin dekat. Di Jawa
Andraina tetap bersemangat menjalani hari sebagai pelajar SMA kelas 12,
sedangkan Andromeda berjuang menjalani harinya sebagai mahasiswa di Filipina.
0 komentar:
Post a Comment