Vedroziete theGREATlittle

this blog is miniature of my HEART, the book story of my LIFE.

PUISI BIRU Karya: Siti Nasibah



Di tepi jalan, terlihat gadis itu duduk termangu di bawah pohon yang rindang. Ia sendiri dan sangat menikmati kesendiriannya. Tak ada seorang pun yang menemaninya, ia hanya ditemani sepeda ontel hitam yang disandarkan tak jauh dari tempat ia duduk. Gadis itu sangat akrab dengan sepi, hanya suara angin yang terdengar sebelum ia memutuskan untuk memutar lagu-lagu dari ponselnya. Tak lama kemudian, gadis itu mengeluarkan buku memo dan sebuah pena dari dalam tasnya. Terlihat ia menuliskan sesuatu layaknya seorang penyair yang baru saja menemukan inspirasi untuk karya indahnya. 

Beberapa meter tak jauh dari tempat gadis itu duduk, datanglah seorang pedagang bakso. Ia memarkirkan dagangannya di tempat yang teduh sembari beristirahat karena lelah berkeliling mengorder dagangannya. Si tukang bakso itu pun ikut duduk termangu sendiri, dan menikmati segarnya angin yang berhembus, seakan menghembuskan rasa lelahnya sedikit demi sedikit. Tukang bakso itu terlihat masih muda, mungkin masih 20 tahun usianya.

Tidak butuh waktu lama, keberadaan gadis itu menyita perhatian si Tukang bakso. “Lagi ngapain tho mbak? Kok duduk di situ, sendirian lagi?” sapa si Tukang bakso memulai percakapan dengan logat jawa yang masih kental. “Ooh..nggak kok mas, cuma lagi nunggu temen aja.” jawab gadis itu santun. “Lha itu!kok sambil nulis-nulis segala?”tanya tukang bakso. “Oh. Ini cuma iseng-iseng aja nulis puisi” “Oooo..Tak kira tukang ngukur jalan!!Heheh..” kelakarnya yang semakin memperakrab percakapan. “Hahah..bisa aja mas ini.”
Dari cara berpakaian, gadis itu memang terlihat layaknya seorang pelajar, ia memakai tas ransel yang di dalamnya berisi buku-buku. Bila dilihat dari wajah dan tubuhnya, mungkin gadis itu masih berusia 17 tahun. “Lagi nungguin siapa tho mbak?” “Temen, Mas.”jawab gadis itu singkat, dengan tersungging senyum manis yang menghiasi wajahnya. “Temen apa temen?Bohong, pasti bukan temen?” “Heheh..Temen!Ngapain saya bohong?!”
Gadis berjaket abu-abu itu melihat jam pada ponselnya. Rasanya sudah sangat lama ia menunggu temannya, namun yang ditunggu tak kunjung datang. Gadis itu menyobek kertas yang tadi ia penuhi dengan tulisan, ia selipkan kertas itu kedalam lembaran buku. Berlanjut dengan mematikan MP3 player di ponselnya yang sejak tadi ia putar, ia bersiap untuk meninggalkan tempat itu. “Mau kemana mbak?nggak jadi nungguin temennya?” “Enggak mas..udah lama nunggu tapi nggak datang-datang. Duluan ya mas!”
Gadis itu mengayuh sepeda ontelnya dan meninggalkan tempat itu. Si tukang bakso pun ditinggalkannya sendiri. Ia berduduk santai sembari menunggu pembeli. Dilihatnya selembar kertas yang berada tak jauh dari tempat ia duduk, kemudian ia ambil kertas itu. Tertulis di atasnya.
Gadis kecil itu,
senyumnya terlalu kekal untuk kenal duka.
Inginku melihat senyum bahagianya.
Gadis kecil penggila warna biru itu,
seakan-akan dia menerjemahkan warna biru.
Warna biru yang ingin sekali mengatakan
“aku ingin dimengerti”
Mata gadis kecil itu terus saja basah seiring dengan kegelisahannya.
Di pagi itu,
tak terlihat mata gadis kecil yang tajam dan meneduhkan hati.
Tak ada yang terlihat selain lelah dan duka dari sinar matanya.
Ia seakan ingin menjadi putri tidur
yang tak ingin bertemu dengan kehidupan dunia.
Ia inginkan seseorang disampingnya dan menjaganya.
(ADN26)

Di pojok bawah kertas tertulis Pedrosa 26. The little Pedrosistas. Pemuda itu berpikir bahwa puisi itu milik perempuan yang tadi duduk di tempat itu, dan ternyata gadis itu mengidolakan seorang pembalap yang bernama Pedrosa. Lalu apa itu ADN26?? Mungkin, itu inisial namanya dengan ditambahkan angka 26 di belakangnya.  Begitu ia membacanya, pemuda itu pun tertarik dan menyukai puisi itu, disimpannya puisi itu dan dia masukan ke dalam saku celananya.
**
Selang seminggu setelah perjumpaan itu. Kedua remaja itu kembali dipertemukan di tempat yang sama. Seperti kala pertama bertemu, si tukang bakso sedang menunggu pembeli, sedangkan sang gadis ia secara kebetulan melintas ketika hendak berangkat Les. Gadis itu melempar senyum pada si Tukang bakso. Senyum yang indah dan menyejukkan hati bagi Tukang bakso, ia lantas memanggil gadis itu untuk berhenti sejenak. “Eeeh..Mbak! Berhenti dulu sebentar!” seru pemuda itu. Gadis itu pun menghentikan langkahnya dan menuruti perintah si Tukang bakso. “Ada apa, Mas?” tanya gadis itu. “Ini lho Mbak, puisinya waktu itu ketinggalan” sambil menyodorkan lembar puisi. “Oh iya..Makasih ya Mas!dulu aku cari-cari nggak ketemu. Makasih ya!” Gadis itu segera bergegas pergi, namun kembali si tukang bakso itu seakan tak mengijinkannya pergi. “Eh, Mbak!Mbaknya suka Pedrosa ya?” “Kok tau?”dengan wajah penuh tanda tanya ia menatap tajam pemuda itu. “Hehe..ya jelas tau, kan di puisinya ada tulisan Pedrosa-Pedrosa gitu.” “Hmmt. Aku kira masnya dukun!” “Hehe. Ya bolehlah buat sampingan. Terus yang ADN26 itu apa mbak?” “ADN itu inisial namaku. Cos, namaku kan Andraina Danila Novelista.” “Heleh-heleh. Itu nama atau apa Mbak? Oh ya, namaku Aan.” “Hehe..panggil aja Andra. Oke, salam kenal mas Aan.” “Salam kenal, juga.” Kedua insan itu pun berbincang akrab, setelah akhirnya Andra pergi melanjutkan langkahnya menuju tempat Les.
Perjumpaan yang tak pernah diduga sebelumnya. Andra semakin akrab dengan Aan, mereka sering bertemu di mana mereka dipertemukan pertama kali. Bahkan tidak sebatas itu, mereka semakin diakrabkan dengan teknologi canggih ‘SMS’. Aan yang lulusan SMK,  walaupun seorang tukang bakso rupanya pengetahuannya cukup luas, itulah yang membuat Andra semakin nyaman berteman dengan Aan.
 Di tengah keakrabannya Aan mengaggumi sosok Andra, ia tak pernah menemukan pribadi seperti Andra. Dimana Andra adalah gadis sederhana, aktif dan tidak menyukai hal-hal yang disukai oleh perempuan pada umumnya. Andra memang sedikit tomboy, namun dia tetap memahami betul fitrahnya sebagai perempuan. Itulah yang membuat Aan begitu mengaguminya. Hatinya yang sedang terserang the Pink Viruses terus bergejolak, ia bertanya, lalu bagaimana dengan Andra sendiri? Mungkinkah...? Ah..Tak Mungkin!

Ia inginkan seseorang disampingnya dan menjaganya. Ya..Itulah yang diinginkan Andra, tidak jarang Andra yang selalu bersemangat itu merasakan kesepian. Semenjak ia akrab dengan Aan, kesepian itu perlahan melebur dari kehidupannya. Andra terlihat semakin semangat dan ceria. Ia sungguh sadar bahkan terkadang ia bingung apa yang membuatnya seperti itu, membuatnya selalu bersemangat dan ceria. Selama ini Andra terkenal sebagai gadis yang cuek, ia sangat berterima kasih telah diperkenalkan dengan Aan. Ia tuangkan semua kata hatinya pada sebuah tulisan dalam buku hariannya. Aku diperkenalkan oleh-Nya tentang anugerahNya, tentang sesuatu hal yang fitrah pada manusia. Hal yang biasa dialami oleh remaja katanya? Tentang bagaimana manusia mencintai sesamanya, tentang rasa ketika manusia menyukai lawan jenisnya. Ya., aku diperkenalkan tentang cinta.
**
Andra begitu bersyukur karena terciptanya berpuluh-puluh kenangan manis. Namun,tak berselang lama atas bahagianya Andra, sesuatu terjadi tampak aneh. Berubah perlahan-lahan, atau bahkan yang dikenal dalam fisika, sesuatu telah bergerak berubah beraturan. Hingga akhirnya mencapai titik maksimum dimana bisa saja titik itu bernilai 0. Aan tak pernah lagi menghubunginya,ia seakan menjauh dari Andra. Andra pun berusaha untuk menghubungi dan bertemu dengannya, namun semua itu nihil. Andra hanya memiliki nomor Hpnya saja, dan ketika ia menunggu di tempat mereka biasa bertemu, Aan sama sekali tak tampak batang hidungnya. Andra semakin berputus asa, ia tak menyangka hal menyakitkan itu akan terjadi padanya. Ketika ia sedang terbang bahagia dimana hampir mencapai langit yang tertinggi, dalam hitungan detik ia dijatuhkan. Semua harapannya pupus dan lebur begitu saja. Tak disadarinya ia menge-judge buruk Aan si Tukang Bakso itu. 

Andra berupaya tak mengingat Aan yang tengah menghilang. Dalam waktu luangnya ia sempatkan untuk ber-social network lewat akun Facebook dan Twitternya, bahkan ia berteman dengan orang-orang diluar negeri. Dalam notifikasi akun Facebooknya tertulis, you get poke from Andromeda! Poke back? Andra mencoba mencari tau siapakah Andromeda, dari informasinya, Andromeda adalah seorang mahasiswa di Filipina ia berusia 19 tahun. Seusai itu dengan sadar ia klik Poke back. Selang beberapa detik, tertulis pada notifikasi you get poke from Andromeda! Poke back? Dengan cepat ia klik Poke back. Setelah beberapa kali ia lakukan seperti itu, muncul sebuah pemberitahuan Andromeda wants to be your friend!Confirm?or Ignore? Klik  Confirm! Ia menerima pertemanan atas penuh rasa penasaran.Berlanjut pada Inbox, Andromeda mengirim pesan: “Hola!” “Hola!” “como estas?”Andromeda menyapa dengan bahasa Spanyol, yang artinya apa kabar? Ia sangat ingin belajar bahasa Spanyol, ia semakin tertarik dengan Andromeda. “Bien..”balas Andra singkat. “My name is Andromeda, now i live in Filipine. i really want to be your good friend, will you?” “of course. i will be your good friend, and my name is Andra. Did you can speak spanish? Cz im really interesting on it” “OK. Thanks. No, i can speak it just a little” “hmmt its Okay!” Di tengah perbincangan, Andromeda bertanya “ do you have boy friend?”suatu hal yang mengetuk keras hati Andra, hal itu telah mengingatkannya pada Aan. “No. I dont have boy friend” “Why?” “bcz, i cant find someone who love me truly and they are player.” Andromeda tak membalas pesannya, sedangkan Andra sangat menunggu balasan. Ia berulang kali mengeceknya, namun hingga malam larut tidak ada balasan. Mungkinkah Andromeda tersinggung dengan kata-kataku?

Keesokan harinya, setelah pulang sekolah Andra mengecek akun Facebooknya. Ternyata ada satu pesan dari Andromeda, “Memang benar apa yang kamu katakan, tapi tidak semua laki-laki seperti apa yang kamu telah ketahui. Aku yakin, and I love to be your true friend”. Pesan yang sangat mengejutkan bagi Andra. Andromeda bisa berbahasa Indonesia? “wow. You spoke Indonesian! How did you can speak Indonesian?” “ Iam from Indonesia, bt i live in Filipine, now.” Belum sempat Andra membalas pesan, Andromeda kembali mengirim pesan “Gadis kecil itu,senyumnya terlalu kekal untuk kenal duka.Inginku melihat senyum bahagianya.Gadis kecil penggila warna biru itu,.” Andromeda?? Darimana ia bisa tau tentang puisi itu? Puisi itu tak pernah aku publikasikan sebelumnya? Dan yang tau puisi itu hanya aku! Bukan..tetapi?Aku dan si Tukang bakso! Andra terlihat semakin kebingungan dan secepat kilat membalas pesan dari Andromeda “Darimana kamu tau puisi itu?” Tak seperti biasanya, Andromeda tak membalas dengan cepat. “Maafkan aku. Aku tau beberapa hal tentang dirimu, dan tentang puisi itu pun aku adalah orang pertama yang membacanya setelah dirimu. Aku temukan sobekan kertas puisi itu, dan kemudian aku kembalikan kepadamu.” Siapa dia sebenarnya? “ Aan??” balas Andra ragu. “yes, here I am.” Andra masih tak percaya, ia tak tau harus bagaimana ia membalasnya. “Maafkan aku. Aku pergi jauh dan tak memberimu kabar. Aku di sini melanjutkan belajarku setelah aku mendapatkan beasiswa. Mungkin kamu mengenalku seorang tukang bakso, aku tak bermaksud membohongimu, hanya saja saat itu aku tengah libur menunggu penyelesaian administrasiku sembari membantu usaha ayahku berjualan bakso.” “Tetapi kenapa kamu nggak ngasih kabar?”desak Andra. “Aku tidak ingin menyakitimu terlalu dalam, di saat kamu tau aku akan pergi jauh. Sebelum kamu terlalu dekat denganku, mungkin sebaiknya aku menghilang. Jika saja....” “Jika apa?” Andra membalas penuh penasaran. “Jika saja Tuhan meridhoi, aku ingin selalu disampingmu dan menjagamu. I will be the one who love you truly. Namun, Dia tak mengijinkan keinginanku itu. Aku harus pergi jauh.” “but I need you.”balas Andra. “ I see, dear.But,jika kita mencintai seseorang jangan terlalu berharap untuk selalu bersamanya. Tapi bersyukurlah karena telah tumbuh cintamu kepadanya, dan berusaha menjaganya untuk tetap hidup di dalam hatimu.”

Kini Andra telah mengetahui keberadaan Aan. Teknologi komunikasi sangat membantu mereka untuk selalu berkomunikasi. Meski mereka bukanlah sepasang kekasih, namun mereka tetap akrab seperti dulu, bahkan jarak yang menjauhkan pun tak mampu menghalangi mereka untuk semakin dekat. Di Jawa Andraina tetap bersemangat menjalani hari sebagai pelajar SMA kelas 12, sedangkan Andromeda berjuang menjalani harinya sebagai mahasiswa di Filipina.

0 komentar: