Vedroziete theGREATlittle

this blog is miniature of my HEART, the book story of my LIFE.

Karya Tulis Ilmiah: Pendidikan Multikultural Berkarakter sebagai Filter Globalisasi Negatif Pendidikan Indonesia

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERKARAKTER SEBAGAI FILTER GLOBALISASI NEGATIF PENDIDIKAN INDONESIA

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah tahun 2010 bertemakan “Mewujudkan Pendidikan Berkarakter serta Mampu menghadapi
Tantangan Global” yang diselenggakan oleh
Lingkar Studi Pendidikan dan FKIP UNS












Oleh

SITI NASIBAH XI ALAM 4
VIKI GILANG RAMADHAN XI ALAM 4

SMA NEGERI 1 GEMOLONG
JALAN CITROSANCAKAN, GEMOLONG
SRAGEN

HALAMAN PENGESAHAN


Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diterima untuk memenuhi Lomba Karya Tulis Ilmiah tahun 2010 bertemakan “Mewujudkan Pendidikan Berkarakter serta Mampu menghadapi Tantangan Global” yang diselenggakan oleh Lingkar Studi Pendidikan dan FKIP UNS.

Pada hari : Kamis
Tanggal :25 November 2010
Pembimbing,




Arief Rahmawan, S. Pd
NIP 201001 19871001 1 007



Disahkan oleh:
Kepala SMA Negeri 1 Gemolong,


Drs. Mohammad Amir Zubaidi
NIP 19641211 199212 1 001





KATA PENGANTAR 

Puji syukur alhamdulilah selalu penulis ucapkan ke hadirat Allah Subkhanahu wa Ta`ala yang telah melimpahkan banyak nikmat kepada kita semua. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada uswatun hasanah kita Nabi Muhammad Sallallahu `Alaihi wassalam.
Banyak hambatan yang penulis hadapi selama penulisan karya ilmiah ini. Namun demikian, berkat Allah dan bantuan berbagai pihak, penulisan karya ilmiah ini dapat rampung dengan baik. Kami merasa bangga mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk  mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah tahun 2010 bertemakan “Mewujudkan Pendidikan Berkarakter serta Mampu menghadapi Tantangan Global” yang diselenggakan oleh Lingkar Studi Pendidikan dan FKIP UNS. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan selama ini, disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
Drs. Amir Zubaidi, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Gemolong
Arief Rahmawan, S. Pd., selaku pembimbing dan pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Gemolong yang telah berkenan memberikan arahan secara teknik
Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Kami telah berusaha menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik mungkin. Namun demikian, kami sangat sadar bahwa karya tulis ilmiah ini memilki banyak kesalahan dan kekurangan, Berdasar dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang budiman untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan kami dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Gemolong,  November 2010
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
Abstrak v
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penulisan 2
Manfaat Penulisan 2
BAB II LANDASAN TEORI
Hakikat Pendidikan 4
Pendidikan  Karakter 5
Globalisasi Pendidikan di Indonesia 6
BAB III PEMBAHASAN
Bentuk Globalsiasi Negatif  di Indonesia 8
Faktor Penyebab Globalsiasi Negatif  di Indonesia 10
Sistem Pendidikan yang Diperlukan di Indonesia 12
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA



ABSTRAK

Siti Nasibah. Viki Gilang Ramadhan. Pendidikan Multikultural Berkarakter sebagai Filter Globalisasi Negatif Pendidikan Indonesia. LKTI. Sragen: SMA NEGERI 1 GEMOLONG. Gemolong, November 2010.
Penelitian ini dengan tujuan untuk mendiskripsikan 1. Bentuk-bentuk globalisasi negatif pendidikan yang terjadi di Indonesia. 2. Faktor yang memengaruhi adanya globalisasi negatif pendidikan di Indonesia. 3. Sistem pendidikan yang diperlukan di Indonesia sebagai upaya pencegahan globalisasi negatif pendidikan
Pendidikan  adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Adanya globalisasi mengakibatkan terjadinya perubahan –perubahan sistem pendidikan di Indonesia. Namun globalisasi tersebut menyebabkan efek negatif yang menyebabkan sistem pendidikan di Indonesia semakin carut marut diantaranya kebijakan kurikulum yang menjebak kerena tidak sesuai dengan  kondisi bangsa Indonesia serta tidak sesuainya dengan tujuan pendidikan pada hakikatnya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya gombalisasi diantaranya  pemerintah melaksanakan sistem sentralisasi pendidikan,, akibat dari sistem sentralisasi terjadinya perubahan-perubahan kebijakan yang tidak sesuai, kebijakan yang tidak jelas arahnya menjadikan pendidikan indonesia melupakan tujuan pendidikan yang hakikatnya membentuk jiwa yang berkarakter
Mengingat kondisi sistem pendidikan saat ini dibutuhkan sistem pendidikan yang sesuai seperti pendidikan multikulturalis dan pendidikan karakter


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan adalah pilar kemajuan dari suatu bangsa. Bangsa yang maju mustahil tanpa diimbangi dengan adanya sistem pendidikan yang baik. Iman Barnadi berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/08/hakikat-pendidikan/).
Globalisasi adalah menyebarnya segala sesuatu secara sangat cepat ke seluruh dunia (Sixtus Tanje,2008:01). Globalisasi tidak hanya menyerang pada sektor teknologi, budaya, namun pendidikan juga  menjadi salah satu sektor yang mendapat dampak globalisasi. Globalisasi menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia, yang mempengaruhi semua sektor yang ada di Indonesia terutama dunia pendidikan di Indonesia. Tingkat pendidikan generasi muda akan menentukan kemampuan bangsa Indonesia dalam merespons perubahan jaman dan memenangkan persaingan global yang semakin tinggi. Bangsa yang memiliki kualitas manusia yang terbaik akan keluar sebagai pemenang.
Untuk mengejar persaingan global, pemerintah melakukan perubahan-perubahan. Seperti halnya kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan untuk menetapkan segala sistem pendidikan seperti apa yang telah dijalankan di luar negeri. Jika kebijakan tersebut dilakukan dengan tujuan mengahadapi  globalisasi, dan untuk mengejar perkembangan zaman bukan hal yang salah namun bisa saja disalahgunakan. Faktanya, pemerintah daerah yang harus tunduk terhadap kebijakan pemerintah pusat dalam membenahi sistem pendidikan di daerahnya. Sementara pemerintah daerahlah yang mengetahui betul keadaan di daerah mereka masing-masing. Seakan-akan pemerintah hanya mengejar image untuk globalisasi seperti yang telah dilakukan oleh negara maju tanpa memperhatikan keadaan di negaranya sendiri. Mengejar globalisasi bukanlah langkah yang salah, namun  jika hanya membuat pendidikan semakin carut-marut maka bukan lagi globalisasi tetapi gombalisasi.
Pendidikan Indonesia yang carut-marut seperti, menurunya kualitas pendidikan, semakin tinggi biaya pendidikan ini sangatlah tidak mungkin jika dibiarkan begitu saja. Karena justru hanya  membuat Indonesia bukan semakin berkembang dan maju tetapi justru membuat Indonesia semakin terpuruk. Dengan demikian kita perlu mengetahui bentuk-bentuk dampak gombalisai dan faktor-faktor apa sajakah yang memicu terjadinya gombalisasi di Indonesia.
Selain itu, sangat diperlukan upaya-upaya untuk menghilangkan gombalisasi yang ada di Indonesia terutama di dunia pendidikan untuk mewujudkan sistem pendidikan yang tepat yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Serta, sistem pendidikan yang mampu membawa Indonesia bersaing dengan era globalisasi, serta sistem pendidikan yang mampu membangun dan mempertahankan karakter bangsa.
Setelah mengetahui beberapa hal tentang kondisi pendidikan saat ini, maka perlu dicoba untuk mengkaji ulang sistem pendidikan di Indonesia yang relevan dengan budaya Indonesia melalui karya tulis yang berjudul “Pendidikan Multikultural Berkarakter sebagai Filter Globalisasi Negatif Pendidikan Indonesia”. Judul ini layak bahas karena bangsa kita butuh suatu sistem pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsa.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas, yaitu :
Apa sajakah bentuk-bentuk globalisasi negatif pendidikan yang terjadi di Indonesia?
Apakah faktor yang memengaruhi adanya globalisasi negatif pendidikan di Indonesia?
Bagaimanakah sistem pendidikan yang diperlukan di Indonesia sebagai upaya pencegahan globalisasi negatif pendidikan?
Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya karya tulis ini adalah mendeskripsikan :
Bentuk-bentuk globalisasi negatif pendidikan yang terjadi di Indonesia.
Faktor yang memengaruhi adanya globalisasi negatif pendidikan di Indonesia.
Sistem pendidikan yang diperlukan di Indonesia sebagai upaya pencegahan globalisasi negatif pendidikan.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini, antara lain:
Manfaat secara teoretis
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pendidikan yang diterapkan di Indonesia.
2.    Manfaat secara praktis
a. Bagi Pemerintah
Membenahi sistem pendidikan di Indonesia.
Menemukan sistem pendidikan yang mengindonesiakan.
Menyelesaikan carut-marut dunia pendidikan
b. Bagi Pemerhati Pendidikan
Memperhatikan perkembangan pendidikan di Indonesia
Menyalurkan kritik dan saran terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah
c. Bagi Penulis
Menambah ilmu pegetahuan tentang sistem pendidikan
Mengetahui promblematika pendidikan di Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI

Hakikat Pendidikan
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan sehingga dapat merubah pola pikir pendidikan dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Untuk menyikapi hal tersebut, pakar-pakar pendidikan mengkritik dengan cara mengungkapkan konsep dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Berdasarkan  Undang-undang No.2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Selaras dengan hal itu, menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Carter V.Good menyatakan bahwa pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku dalam masyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya. Sependapat dengan Good,  Iman Barnadip menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan Berkarakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Sedangkan Pendidikan Berkarakter, menurut T. Ramli, 2003.dalam http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik. Oleh karena  itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka  membina kepribadian generasi muda.
UU No.14 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Furqon Hidayatullah, 2009:12)
Ellen G. White dalam Sarumpaet (2001:12) mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha yang paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar.
Slamet Imam Santoso (1981:33) mengemukakan bahwa tujuan tiap pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang kukuh-kuat dalam jiwa pelajar, supaya mereka kelak dapat bertahan dalam masyarakat. Di bagian lain(1979:iii)ia juga menegaskan bahwa pendidikan bertugas menegembangkan potensi siswa semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya,  sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri. Dengan demikian pembentukan watak merupakan tugas utama pendidikan.
Dari penyataaan-pernyataan di atas, sudah semestinya kita menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah membangun karakter unggul pada siswa agar tercipta individu yang dapat mempertahankan bangsa dari perkembangan globalisasi.

Globalisasi Sistem Pendidikan di Indonesia
Komisi Internasional bagi Pendidikan Abad ke 21 yang dibentuk oleh UNESCO melaporkan bahwa di era global ini pendidikan dilaksanakan dengan bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together (Delors, 1996).
Dalam learning to know peserta didik belajar pengetahuan yang penting sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikuti. Dalam learning to do peserta didik mengembangkan keterampilan dengan memadukan pengetahuan yang dikuasai dengan latihan (law of practice). Dalam learning to be, peserta didik belajar menjadi individu yang utuh, memahami arti hidup dan tahu apa yang terbaik dan sebaiknya dilakukan, agar dapat hidup dengan baik. Dalam learning to live together, peserta didik dapat memahami arti hidup dengan orang lain, serta memahami tentang adanya saling ketergantungan (interdependency). Dengan melalui keempat pilar pendidikan ini diharapkan peserta didik tumbuh menjadi individu yang utuh, yang menyadari segala hak dan kewajiban, serta menguasai ilmu dan teknologi untuk bekal hidupnya. (http://nyomandantes.wordpress.com/2009/09/30/perspektif-dan-kebijakan-pendidikan-menghadapi-tantangan-global/)
Dalam Jalal dan Supriadi (2001) disebutkan tiga acuan dasar pengembangan pendidikan di Indonesia dalam era reformasi untuk menjawab tantangan global, yaitu Acuan filosofis, didasarkan pada abstraksi acuan hukum dan kajian empiris tentang kondisi sekarang serta idealisasi masa depan. Acuan nilai kultural dalam penataan aspek legal. Tata nilai itu sendiri bersifat kompleks dan berjenjang mulai dari jenjang nilai ideal, nilai instrumental, sampai pada nilai operasional. Pada tingkat ideal, acuan pendidikan adalah pemberdayaan untuk kemandirian dan keunggulan. Acuan lingkungan strategis mencakup lingkungan nasional dan lingkungan global. Lingkungan global ditandai antara lain dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi sehingga kita tidak bisa menjadi warga lokal dan nasional saja, tetapi juga warga dunia. Lingkungan strategis sangat berpengaruh bagaimana pendidikan masa depan tersebut hendaknya dirancang.
Sebagai implikasi dari globalisasi dan reformasi tersebut, maka terjadi perubahan pada paradigma pendidikan. Karena itulah sangat dibutuhkan bagi indonesia untuk merancang pendidikan dalam menghadapi tantangan global.















BAB III
PEMBAHASAN

Bentuk Globalisasi Negatif di Indonesia
Pada hakikatnya, Pendidikan adalah proses penyadaran untuk menjadikan manusia sebagai “manusia”. Namun,  pendidikan di Indonesia bak menanam jagung atau padi yang setiap 3 atau 6 bulan sekali diganti metode penanamannya. Sungguh ironis sekali, bagaimana akan melahirkan sisdiknas (sistem pendidikan nasional) yang baik apabila setiap kebijakan yang ditetapkan mudah pula untuk “dilanggar dan dipermainkan”. Terlalu seringnya kebijakan yang parsial dengan diistilahkan ganti menteri ganti kebijakan. Pendidikan bukan sesuatu kebutuhan sesaat tetapi merupakan investasi yang harus dijaga keeksistensiannya.
Tercatat bahwa pada tahun 1947 diresmikan Rencana Pelajaran, yang kemudian menjadi Pelajaran Terurai (1952) kemudian diganti sebagai Rencana Pendidikan 1964 yang kemudian diganti sebagai kurikulum 1968 (K68). Sejak lahirnya kurikulum 68 terus terjadi pergantian kurikulum disusul dengan K84. Kemudian  diganti dengan K94, setelah itu direvisi dengan nama Suplemen Kurikulum 1994. Pada tahun 2002, lahir ‘strategi pembelajaran’ yang dinamakan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KBK pun direvisi pada tahun 2004 dengan nama KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Wawan Hartawan(2010).
Seperti halnya dalam rangka mengejar globalisasi, pemerintah membentuk program, yaitu dengan mengkategorikan sekolah menjadi sekolah kategori mandiri dan sekolah bertaraf internasional. Fenomena sekolah bertaraf internasional ini baru berlangsung dalam 4 tahun terakhir. Yang paling mungkin dikritisi adalah soal peran dan fungsi sekolah tersebut dalam memilih desain kurikulum yang sesuai dengan budaya lokal.
Mengingat, Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.(http://ruangpikir.multiply.com/2009/01/27/kisah-ringkas-kurikulum-pendidikan-indonesia/).
Selain terjadinya perubahan kurikulum pendidikan yang hanya membuat para komponen pendidikan semakin tertekan karena tuntutan yang tidak sesuai dengan kondisi di daerahnya, sebagai dampak sentralisasi pemerintah. Juga ditandai bahwa banyaknya kasus korupsi, manipulasi, kebohongan, berbagai konflik dan terjadinya kekerasan merupakan akibat dari kegagalan sistem pendidikan dalam membentuk individu yang berkarakter. “Banyak dari politisi yang ingin menjadi bupati, walikota, gubernur, yang menjual bualan tentang pendidikan gratis. Dunia pendidikan memang sering menjadi sasaran para politisi untuk meraih tujuannya.” Kalimat itulah yang diucapkan oleh mantan menteri pendidikan Bambang Sudibyo secara gamblang tentang program pendidikan gratis yang digembor-gemborkan para politisi negeri (Derap Guru, 2007). Berikut, fakta-fakta kondisi Pendidikan Indonesia yang semakin carut-marut :
Menurut survai Politik dan Ekonomi Konsultan Risk (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada di posisi 12 dalam dari 12 negara di ASEAN, di bawah Vietnam. Data dari The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki kapasitas untuk bersaing yang turun.  Ada dalam posisi 37 dari 57 negara yang disurvai oleh dunia.
Berdasarkan hasil survai Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berpusat di Hongkong pada tahun 2001 saja menyebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei, Korea Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina, serta Malaysia. Indonesia menduduki urutan ke-12, setingkat di bawah Vietnam (www.kompas.com/2001/09/05/)

Faktor Penyebab Globalisasi Negatif di Indonesia
Atas nama Globalisasi, Indonesia kini terlalu gencar mengejar berbagai perubahan, dengan membuat kebijakan-kebijakan baru seperti penerapan kurikulum yang diberlakukan di Negara-negara maju yang keadaannya sangat jauh daripada Indonesia. Sementara pemerintah justru tidak memperhatikan keadaan bangsa Indonesia. Pemahaman yang masih terlalu minim tentang pendidikan internasional selama ini membawa kita melupakan pendidikan karakter bangsa sendiri.
Dalam membedah mutu pendidikan di tanah air hingga hari ini, terlihat ada tiga faktor penyebab terjadinya degradasi mutu pendidikan kita selama ini, antara lain:
1. Pertama, strategi pembangunan pendidikan kita selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan sarana pendidikan, serta pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan di sekolah manapun di Indonesia ini, akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan melalui teori Education Production Function sebagaimana diperkenalkan Hanushek tidak berfungsi efektif di lembaga pendidikan sekolah di daerah manapun di Indonesia.
2. Kedua, Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro oriented, yaitu diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Dengan kata lain, kompleksitas cakupan permasalahan pendidikan di banyak sekolah seperti; kondisi lingkungan sekolah, bervariasinya kebutuhan siswa dalam belajar, bervariasinya kemampuan guru, serta berbedanya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, seringkali tidak terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi yang melahirkan kebijakan ditingkat pusat.
3. Ketiga, pada tingkat sekolah sendiri persoalan yang kerap terjadi adalah lemahnya kemampuan kepala sekolah dalam membaca arus global.  Hasil yang kita saksikan yaitu mengedepankan budaya kerja Asal Bapak Senang (ABS). Kondisi yang kemudian menghasilkan budaya kerja yang jauh panggang dari kompetensi dan profesional. Kesemua itu sangat merusak karakter individu dan mempunyai implikasi rusaknya karakter bangsa. Selain itu, akibat yang kita saksikan dari budaya kerja demikian adalah mutu pendidikan kita secara nasional terus melorot dari waktu ke waktu dan anak didik kita tidak mampu bersaing secara terbuka di era yang serba kompetitif saat ini. (Sixtus Tanje, 2008 )
Seringnya pergantian kurikulum bukan berarti mengantarkan Indonesia menjadi lebih baik, namun bisa saja kurikulum menjadi solusi yang bermasalah. Ada empat faktor yang mempengaruhi kurikulum yang menjebak, di antaranya: 1. Faktor yang bersumber dari birokrasi: Adanya perlakuan yang berlebihan dari para birokrat menegenai peran kurikulum. 2. Faktor yang bersumber dari penyusun kurikulum:Lemahnya dasar filosofis dan dan psikologis dalam penjabaran program kurikulum.3. Faktor yang bersumber dari pelaksana kurikulum:Tingkat kompetensi da profesionalisme yang kurang mendukung di kalangan para guru. 4. Faktor yang bersumber dari ekosistem pendidikan: Tidak kuatnya dukungan sosial dan ketersediaan infrastruktur pendidikan (Winarno Surakhmad, 2009:67-68).
Dari pembahasan di atas kita dapat mengetahui faktor-faktor pemicu gombalisai di Indonesia. Globalisasi memberikan dampak;(1)Pemerintah melaksanakan sistem sentralisasi pendidikan, yang mengejar pendidikan global dan menuntut semua daerah tunduk terhadap pemerintah pusat tanpa memperhatikan keadaan di daerah.(2)Akibat dari sistem sentralisasi, terjadinya perubahan-perubahan kebijakan yang tidak sesuai atau terjadinya ketidak serasian kurikulum dengan kondisi ekosistem pendidikan Indonesia.(3)Kebijakan yang tidak jelas arahnya, melupakan tujuan pendidikan yang pada hakikatnya membentuk jiwa yang berkarakter. Adanya paham ABS, korupsi, tawuran pelajar dan sebagainya merupakan bentuk kegagalan dari sistem pendidikan indonesia.
Sistem Pendidikan yang Diperlukan di Indonesia
Pendidikan Multikultural
Pendidikan di Indonesia mempunyai sistem semi disentralisasi. Yang dimaksud dengan semi disentralisasi adalah setengah disentralisasi setengah sentralisasi. (http://deden.wordpress.com/2010/02/04/system-pendidikan-multi-cultural-bagus-diterapkan-di-indonesia/).
Menurut Sosiolog UI Parsudi Suparlan, Multikulturalisme adalah konsep yang mampu menjawab tantangan perubahan zaman dengan alasan multikulturalisme merupakan sebuah idiologi yang mengagungkan perbedaaan budaya, atau sebuah keyakinan yang mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme budaya sebagai corak kehidupan masyarakat.(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/ pendidikan-multikultural/)
Multikulturalisme akan menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Pendidikan berbasis multi kultural adalah sistem pendidikan yang mengadopsi semua budaya setempat untuk mengembangkan peserta didik. Mengingat bahwa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, untuk meningkatkan kualitas masyarakat yang heterogen maka sistem pendidikan yang sentralistik tidak cocok diterapkan di Indonesia.
Dalam http://deden.wordpress.com/2010/02/04/system-pendidikan-multi-cultural-bagus-diterapkan-di-indonesia/Sistem pendidikan multikultural mencakup beberapa aspek. Aspek-aspek yang tercakup di dalam pendidikan multi cultural antara lain: (a)  Aspek Kurikulum. (b) Tenaga Kependidikan. (c)  Sumber Daya. (d) Evaluasi. Dengan kata lain sekolah yang berhak mengadakan evaluasi sendiri tanpa ada kebijakan pemerintah. Dikarenakan sekolah yang lebih mengetahui potensi siswa tanpa mengabaikan peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal yang digagas tersebut hampir menyerupai system pendidikan Australia.
Pendidikan Karakter
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya.
Laksamana Sukardi(2008:24) mengungkapkan Kualitas manusia Indonesia, khususnya generasi muda sangat menentukan kualitas masa depan bangsa Indonesia. Karena mereka yang akan menentukan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi pemuda yang cerdas dan sehat akan menjadi aset dan berpotensi memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan bangsa, sedangkan yang tidak sehat dan tidak memiliki keahlian akan menjadi beban yang harus ditanggung negara. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian  peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Seperti yang telah disampaikan di bab sebelumnya, tujuan sistem pendidikan adalah untuk membentuk karakter yang unggul. Herbert Spencer, seorang filusuf Inggris,1820-1903 menyatakan education has for it’s object the formation of character(sasaran pendidikan adalah membangun karakter). Soemarno Sudarsono(2008:23). Pada saat ini, kita dapat merasakan bahwa pendidikan hanya mampu menghasilkan orang pandai, namun bermasalah dengan hati nuraninya tampak dari penampilan atau hasil kinerjanya.
Bangsa yang maju dan jaya tidak semata-mata disebabkan oleh kompetensi, teknologi canggih, ataupun kekayaan alamnya, tetapi karena dorongan semangat dan karakter bangsa. Hal ini dapat kita lihat antara lain di negara Jepang, Korea Selatan, China, Inggris, dan sebentar lagi Vietnam. Bangsa Indonesia telah membuktikan kebenaran ungkapan di atas bahwa bangsa maju dan jaya, karena dorongan semangat karakter bangsanya yang mempunyai jati diri. Soemarnoo Sudarsono(2008:25). Dengan memiliki jati diri yang kuat, suatu bangsa tidak akan mudah terombang-ambing dengan arus globalisasi. Membangun karakter dapat kita lakukan dengan mengawali dari perubahan sistem top down menjadi bottom up, yang bermuara pada diwujudkannya bangsa yang berkarakter kuat sehingga kondisi ketahanan nasional yang kokoh dapat diwujudkan.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan paparan pembahasan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk globalisasi negatif pendidikan di Indonesia adalah:
Pergantian kebijakan-kebijakan yang mengejar globalisasi pendidikan negara maju dengan tidak memperhatikan kondisi bangsa
Perilaku-perilaku yang tidak bertanggung jawab dari para pemikir pendidikan serta campur tangan para politisi.
Faktor-faktor penyebab terjadinya globalisasi negatif pendidikan di Indonesia
Pemerintah melaksanakan sistem sentralisasi pendidikan yang mengejar pendidikan global.
Perubahan-perubahan kebijakan yang tidak sesuai atau terjadinya ketidak serasian kurikulum dengan kondisi ekosistem pendidikan Indonesia.
Pendidikan Indonesia melupakan tujuan pendidikan yang hakikatnya membentuk jiwa yang berkarakter.
3. Sistem Pendidikan yang diperlukan di Indonesia
a. Multikulturalisme
b. Pendidikan Karakter

Saran
Para penyusun kebijakan diharapakan mampu menetapkan kebijakan-kebijakan dengan memperhatikan kondisi di Indonesia.
Menjadikan pendidikan multikultural berkarakter sebagai langkah untuk menanggulangi gombalisasi di Indonesia.
Mengubah sistem sentralisasi (top down) menjadi bottom up
Para guru dan komponen pendidikan dapat cepat bearadaptasi dan mampu bersaing dengan tantangan global.
DAFTAR PUSTAKA


Akhmad Sudrajat. 2010. Konsep Pendidikan Karakter. Tersaji dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/. Diakses tanggal 20 November 2010, 18:00

Anonim. 2009. Kisah ringkas Kurikulum Pendidikan Indonesia. Tersaji dalam (http://ruangpikir.multiply.com/2009/01/27/kisah-ringkas-kurikulum-pendidikan-indonesia/, diakses tanggal 17 November 2010, 15:45

Deden. 2010. Sistem Pendidikan Multikultural bagus diterapkan di Indonesia. Tersaji dalam http://deden.wordpress.com/2010/02/04/system-pendidikan-multi-cultural-bagus-diterapkan-di-indonesia/. Diakses tanggal 20 November 2010, 10:45

Derap Guru. 2007. Pendidikan Gratis menjadi Bualan Politisi. Semarang: Yayasan Penerbitan PGRI Provinsi Jawa Tengah

Furqon Hidayatullah,M. 2009. Guru sejati: Meembangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka

Laksamana Sukardi. 2008. Memberantas Kemiskinan Melawan Gombalisasi Global. Jakarta:PDP

Nyoman Dantes. 2009. Perspektif dan Kebijakan pendidikan Menghadapi Tantangan Global. Tersaji dalam http://nyomandantes.wordpress.com/2009/09/30/perspektif-dan-kebijakan-pendidikan-menghadapi-tantangan-global/. Diakses tanggal 17 November 2010, 15:45

Sixtus Tanje. 2008. Globalisasi Pendidikan dan Ketidaksiapan Sekolah. Tersaji dalam http://re-searchengines.com/sixtus0409.html . Diakses tanggal 17 November 2010, 15:45

Soemarno Soedarsono. 2008. Membangun Kembali Jati diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Winarno Surakhmad. 2009. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. Jakarta: Kompas
BIODATA

Nama Lengkap : SITI NASIBAH
Tempat, tgl lahir : SRAGEN, 23 AGUSTUS 1993
NISN : 9931246561
Alamat Rumah : GANDUREJO 05B/3 GEMOLONG SRAGEN 57274
Telp/Hp : 082136398186
Hobi : MEMBACA
Cita-cita : JURNALIS, PENERJEMAH BAHASA

Nama Lengkap : VIKI GILANG RAMADHAN
Tempat, tgl lahir : SRAGEN, 14 FEBRUARI 1994
NISN : 9942182975
Alamat Rumah : PURWOSARI BROJOL MIRI SRAGEN 57276
Telp/Hp : 085725527207
Hobi : BERMAIN SEPAK BOLA
Cita-cita : DOKTER

0 komentar: